ADAT SUNATAN SUKU KLUET
Suku
kluet sebuah suku yang terletak di kecamatan aceh selatan, seperti kluet
tengah, kluet timur,kluet utara dan kluet selatan. Secara umum keseluruhan
masyarakat kluet termasuk kedalam rumpun batak yaitu batak utara. Dalam
kehidupan masyarakat suku kluet masih sangat kuat dengan “reusam” (adat
istiadat) suku kluet di masa sekarang ini sudah banyak yang bercampur tradisi,
baik itu suku aceh asli, suku aneuk jamee dan suku kluet asli.
Walaupun
adat masih memakai aturan adat asli aceh, namun sudah mengalami beberapa
pembaharuan yang disesuaikan dengan adat asli suku kluet yang memang sebagian
besar mendiami di beberapa kecamatan kluet. Acara yang dilaksanakan suku kluet
sangat unik karena mengandung banyak makna yang mendalam disetiab prosesinya. Adapun
prosesi dalam khitanan di suku kluet ini adalah sebagai berikut :
Ndok wari (menentukan hari acara)
(sumber:kluetrayanews)
Sebelum
melaksanakan kenduri sunat rasul (khitan), pihak keluarga akan melaksanakan
kegiatan wajib yang biasa disebut ndok wari , ini adalah tahapan mufakat oleh
kerabat dekat untuk mendapatkan waktu terbaik melaksanakan acara. Ndok wari
dilaksanakan untuk mendapatkan tanggal, hari dan bulan terbaik untuk
melaksanakan acara khitan. Setelah kesepakatan didapatkan langkah selanjutnya
adalah menjumpai pimpinan adat dan hokum untuk menyampaikan hasil musyawarah
tadi agar selanjutnya adat hukum akan membahasnya, jika sudah disetujui maka
baru bisa acara untuk dilanjutkan.
selanjutnya
memberikan undangan kepada keluarga, masyarakat, dan hukum adat melalui utusan
dari keluarga tersebut, yang biasanya disebut dengan “pemamoan” yang biasanya
adalah saudara tua ataupun saudara muda dari ibu yang sunatan. Biasanya
penyebaran undangan ini dilakukan dua atau tiga hari sebeluh dimulainya acara.
pihak pemamoan akan datang ke rumah-rumah warga dan menyampaikan seluruh
prosesi acaranya. Biasanya pemamoan akan membawa sirih dan pinang untuk
dinikmati oleh orang yang di undang tersebut.
Majok pande/senambat (tempat acara)
(sumber:kluetrayanews)
masyarakat
akan diundang oleh tuan rumah,baru setelah itu para anggota pemuda gampong akan
beramai ramai mendirikan tempat acara (teratak). Proses ini akan dipimpin oleh
ketua pemuda gampong selain memasang teratak pemuda juga akan membantu untuk
memasang langit-langit di dalam rumah yang mengadakan pesta.
Sementara
pemuda memasang teratak, kaum bujang atau pemudi akan bertugas untuk memasang
perlengkapan di dalam, seperti membalut dinding, dan mengatur gabak-gabak
(simbol adat). Pemasangan semua perlengkapan ini biasanya akan dipimpin oleh orang
yang mengerti adat, jadi tidak boleh dipasang secara sembarangan.
Tandok seamparan (duduk bersama perangkat hukum adat)
(sumber:kluetrayanews)
masyarakat
akan diundang oleh tuan rumah,baru setelah itu para anggota pemuda gampong akan
beramai ramai mendirikan tempat acara (teratak). Proses ini akan dipimpin oleh
ketua pemuda gampong selain memasang teratak pemuda juga akan membantu untuk
memasang langit-langit di dalam rumah yang mengadakan pesta.
Sementara
pemuda memasang teratak, kaum bujang atau pemudi akan bertugas untuk memasang
perlengkapan di dalam, seperti membalut dinding, dan mengatur gabak-gabak
(simbol adat). Pemasangan semua perlengkapan ini biasanya akan dipimpin oleh orang
yang mengerti adat, jadi tidak boleh dipasang secara sembarangan.
Alongan (kedatangan tamu undangan)
para
warga gampong datang beramai ramai membantu menyiabkan persiapan untuk acara
puncak keesokan harinya. Hal yang dilaksanakan adalah menyiabkan makanan yang
akan dimakan bersama nantinya, biasanya hal ini akan dilakukan kerabat dekat
ataupun warga kampong, sedangkan undangan dari daerah lain dan kerabat jauh
biasanya hanya akan datang dengan membawa buah tangan berupa kado yang
diberikan kepada anak yang akan disunat keesokan harinya.
Mekacar (memasang inai)
Mekacar
atau memasang inai biasanya dilakukan oleh bujang (remaja putri) yang akan
dipasangkan kepada anak yang akan disunat, di sekitar ujung jari tangan dan
telapak kaki. Proses ini dimulai dari malam tandok seamparan setelah tamu
pulang sampai beberapa hari berturut turut. Biasanya kegiatan ini dilakukan
pihak remaja dari keluarga dekat maupun tetangga sekitar rumah anak senat.
Tepung tawar (peusijuk)
merupakan
sebuah prosesi peusijuk pemberkahan secara adat, prosesi ini dilaksanakan
setelah tandok seamparan.tepung tawar akan dilakukan oleh beberapa kerabat
dekat dengan keluarga anak senat.
Wari petasak (hari puncak acara)
pihak
tuan rumah sudah menyiabkan berbagai jamuan kepada para tamu undangan yang
datang kerumah untuk memberikan selamat dan bersalaman dengan anak senat dan
orang tuanya. tamu undangan yang datang biasanya adalah tamu jauh, biasanya
para tamu akan dihibur oleh tarian dan music, atau biasa disebut (canang). Dihari
tersebut merupakan hari dimana anak senat kan melaksanakan khitan.
Mangan dalung (makan dipiring besar)
hari
dimana anak senat akan memakai pakaian adat lengkap, dan kemudian melaksanakan
makan dengan menggunakan piring besar khas kluet (pinggan dalung). Setelah
acara mangan dalung selesai baru anak senat kan di bawa ke suangai.
Mepanger (mandi di sungai)
Prosesi
ini biasanya dilakukan disiang hari setelah mangan dalung, prosesi ini adalah
proses memandikan anak senat di sungai oleh keluarga, acara ini diiringi dengan
lantunan salawat dan tarian, sebelum di mandikan, biasanya anak senad dipangkas
rambutnya.
Nyolang anak senat (menggendong)
Acara
ini adalah prosen menggendong anak senat yang diarak keliling kampong secara
beramai ramai oleh keluarga dan masyarakat gampong, yang menggendonnya adalah
abang dari anak senat, prosesi ini akan dilakukan saat berangkat dari menuju
sungai sampai kembali lagi kerumah.
Nyerah senat (penyerahan)
(sumber:kluetrayanews)
Adalah
proses penyerahan antara orang tuan anak senat kepada mudim, dan di prosesi ini
ada makan bersama mudim dan anak senat.
Mato senat (hari sunatan)
Proses
ini merupakan pelaksanaan khitan, dilakukan di sore hari oleh mudim(tukang
khitan)
Nyagoi anak senat (menjaga)
Pemuda
akan menjaga anak senat setelah khitan, proses ini berlangsung selama 3 hari
Mido izin (Meminta izin)
Berkumpulnya
kembali adat hukum ,masyarakat dan tuan rumah. Tuan rumah akan mengucapkan terimakasih
atas bantuan berjalannya acara dari awal sampai selesai. Tuan rumah
mengeluarkan empat jambar (piring) nasi tumpang dan diserahkan secara adat
kepada perangkat hukum adat, pemuda, orang dapur, kepada ketua ibu-ibu yang
membantu mempersiabkan perlengkapan adat. Acara ini dilaksanakan setelah shalat
isya dan sekaligus sebagai berakirnya sebuah kenduri.
Seiring
dengan kemajuan tegnologi banyak adat istiadat terlupakan oleh masayarakat,
semua itu disebabkan oleh kelalaian menggunakan tegnologi sehingga membuat anak
mileneal malas melestarikan kebudayaan, seharusnya kita sebagai masyarakat
mileneal harus melestarikan tradisi ini sehingga bisa menjadi jati diri yang
bisa dikenal di kancah nasional dan bahkan bisa di kancah internasional.
0 comments:
Post a Comment