Saturday, October 19, 2019

BUDAYA ACEH TARIAN LANDOK SAMPOT


TARIAN KHAS TANAH KLUET TARIAN LANDOK SAMPOT
Menjadikan tari sebagai jati diri keberagaman karya leluhur yang akan tetap indah di kalangan masyarakat mileneal saat ini.


Aceh merupakan wilayah yang memiliki beragam kekayaan budaya yang tersebar luas di hampir semua provinsinya, banyak kebudayaan yang hampir sama namun tak jarang juga kita akan menemukan sebuah kebudayaan suatu daerah sangan khas, sangat berbeda dengan wilayah-wilayah lain di tanah rencong. Baik itu dari tarian, kebiasaan, dan berbagai kebudayaan lainnya.
Dari beragamnya kebudayaan tersebut saya ingin membahas lebih khususnya adalah kebudayaan tari di ujung selatan aceh, yaitu di daerah tanah kluet, kabupaten aceh selatan. Kebudayaan tersebut adalah TARIAN LANDOK SAMPOT.

(sumber gambar : novel.

Seperti yang kita tau banyak tarian yang ada di berbagai daerah, seperti daerah gayo dengan tarian saman-nya, di kab. Pidie dengan tarian laweut aceh, daerah aceh selatan dengan rapai geleng-nya maka di tanah kluet memiliki tarian unik juga yaitu tarian landok sampot.
Merujuk pada sejarah, tarian landok sampot merupakan tarian yang diciptakan oleh seorang panglima tanah kluet yang bernama Amat Sa’id. Dan tarian ini berkembang pesat pada masa kejayaan Raja Imam Balai Pasantun dan Teuku Keujreum Pajelo. Tarian ini menjadi tarian adat yang disakralkan dalam setiab acara-acara adat di tanah kluet. Namun hal yang sangat disayangkan dari karya tarian landok sampot ini adalah dimana sang pencipta tarian ini tidak dapat melihat tarian ini dicintai oleh masyarakat kluet, karena sebelum tarian ini berkembang pesat sang pencipta Ahmad Sa’id menghilang dari sebuah perjalanan di gunung lawe sawah dank arena hal tersebut hingga sampai saat ini gunung tersebut diberi nama gunung Amad Sa’id.

(sumber gambar :kluetmedia)

Dari masa tersebut tarian landok sampot terus mengalami perkembangan dan akan terus dilestarikan secara turun temurun sebagai sebuah harta warisan leluhur dari tanah kluet. Menurut penuturan beberapa sumber tarian landok sampot mulanya terbentuk dari latihan perang perangan dengan menggunakan pedang yang dibuat dari bambu yang dipukulkan ke lawan atau dalam bahasa kluet biasa disebut sampot.

Karena seringnya dilaksanakan latihan perang, lama-kelamaan akhirnya latihan ini menjadi tarian yang sakral hingga saat ini. Tarian landok sampot biasanya akan ditampilkan khusus di acara-acara upacara kerajaan yang dimainkan oleh para bangsawan kerajaan, pada masa dulu tarian ini hanya boleh ditampilkan untuk menghibur keluarga kerajaan pada masa kerajaan dahulu. Namun seiring dengan perkembangan zaman hingga sampai kemasa masyarakat mileneal seperti saat ini tarian landok sampot sudah banyak ditampilkan di acara-acara biasa, seperti acara kenduri di rumah warga ataupun dibeberapa adat lainnya.

Dari tarian landok sampot ini memiliki ciri khas yang sangat berbeda dengan tarian-tarian aceh lainnya, tarian ini sangatlah unik, sangat menarik untuk disaksikan, hal yang akan ditampilkan pada tarian ini adalah terdapatnya berbagai gerakan tangan dan hentakan kaki ke lantai ataupun tanah yang akan menimbulkan suara serentak sekaligus akan terlihat kemahiran sang penari mempergunakan alat perang –perangan yang di buat dari material kayu ataupun bambu. Tarian landok sampot biasanya akan dimainkan oleh delapan orang laki-laki dewasa, diiringi dengan penyair dan seperangkat alat music yang terdiri dari gong, siling, dua gendang dan dua canang. Seperti namanya, landok yang berarti tari dan sampot yang berarti libas/pukul, maka tarian ini menampikan tarian seperti berkelahi antara 2 pemuda yang memakai pedang.

Tarian landok sampot memiliki lima macam gerakan yang terdiri dari : landok kedidi (gerakan seperti burung kedidi yang bisa melompat riang dengan tempo yang cepat), landok kedayung (gerakan gemunai seperti mendayung sampan), landok sembar keluakai (gerakan dasar seperti burung elang menyambar,gerakannya cepat, tangkas dan dinamis), landok sampot (gerakan melecut atau memukul dengan menggunakan bamboo atau kayu), dan landok pedang (gerakan penari dengan menggunakan pedang yang menunjukkan ketangkasan dan kekebalan).

(sumber gambar:kluetrayanews)

Didalam melaksanakan pementasan tarian adat ini para penari diwajibkan menggunakan pakaian lengkap adat suku kluet, baru setelahnya boleh melakukan penampilan tari. Dari keunikan tarian ini sangat indah untuk disaksikan dan tak lekang oleh perkembangan zaman. Namun untuk saat ini, seiring dengan perkembagan zaman jika tidak ada upaya nyata dari masyarakat pemerintah ataupun kaum mileneal itu sendiri bukan tidak mungkin sebuah warisan budaya ini dilupakan dan lama kelamaan akan menghilang, di masa sekarang ini di mana teknologi sudah sangat merubah pola hidub manusia, sudah sangat dimanjakan oleh tegnologi sehingga secara tidak langsung hal ini sedikit demi sedikit akan mengubah pandangan masyarakat akan pentingnya melestarikan kebudayaan.
Dikarenakan kita hidub dimasa pesatnya tegnologi, seharusnya kita sebagai anak mileneal harus lebih bijak menggunakan tegnologi, harus bisa memanfaatkan tegnologi sebagai media mengembangkan budaya local agar bisa tetap lestari, dikenal oleh nasional bahkan sampai kancah internasional. Di masa mileneal saat ini kita sudah di fasilitasi dengan tegnologi canggih dan sangat cepat, sehingga hal tersebut harus kita manfaatkan sebagai media mempromosikan budaya aceh.
Sudah kewajiban kita sebagai anak bangsa untuk melestarikan kebudayaan sekitar kita, karena dari kebudayaan lah akan menjadi jati diri sebuah wilayah, bisa menggambarkan kehidupan budaya dari warisan leluhur, jika terus kita lestarikan maka budaya tersebut kita harapkan bisa menjadi landasan masayarakat mileneal untuk bisa mengangkat budaya sebagai sebuah harta yang sangat penting di jaga dan dilestarikan secara turun temurun sehingga budaya local kita bisa di nikmati di kancah nasional bahkan bisa menembus kancah internasional.
 Jadi kita sebagai masyarakat mileneal sudah harus memulai mendalami tentang budaya ini, agar tidak hilang dikikis oleh perkembangan zaman, jadi jangan biarkan harta budaya hilang karena tegnologi, tapi, gunakan tegnologi dengan bijak untuk mengembangkan dan menyebarkan budaya ini agar budaya akan bisa terus di jaga dan di nikmati, dari masa saat ini sampai masa setelah kita masayarakat masih bisa menyaksikannya bahkan kita harapkan akan bisa melestarikannya juga.[]


0 comments:

Post a Comment